Salam Waras Sinjai – Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, tengah dilanda duka. Cuaca ekstrem yang melanda pada 5 Juli 2025 mengakibatkan tanah longsor dan banjir di sejumlah kecamatan, menambah derita di tengah rencana eksplorasi tambang emas yang kontroversial.
Kerusakan infrastruktur yang parah, meliputi rumah warga, jalan poros utama, dan jembatan, menambah beban masyarakat yang sudah menghadapi dilema lingkungan.
Sebelum bencana ini, rencana eksplorasi tambang emas oleh PT. Trinusa Resources seluas 11.362 hektar di empat kecamatan (Bulupoddo, Sinjai Barat, Sinjai Tengah, dan Sinjai Borong) telah memicu protes keras dari aktivis lingkungan dan masyarakat.
Dikutip berbagai sumber, Aktivis Musaddaq memperingatkan bahaya kerusakan ekologis yang mengancam Sungai Tangka dan Sungai Balantieng, sumber air utama bagi lebih dari 220.000 penduduk, serta potensi bencana yang lebih besar mengingat posisi Sinjai di bawah kaki Gunung Bawakaraeng.
Ia mencontohkan bencana banjir bandang 2006 yang menelan lebih dari 220 korban jiwa akibat perambahan hutan.
Kondisi lingkungan dan infrastruktur di Sinjai Barat, khususnya di sekitar Puncak, sudah memprihatinkan sebelum bencana ini terjadi.
Kerusakan jalan, longsor, dan kekurangan air irigasi, seperti yang dilaporkan Muhlis dan warga setempat, semakin memperparah situasi.
Bencana alam terbaru ini menambah keprihatinan. Longsor dan banjir telah melanda beberapa desa, mengakibatkan kerusakan rumah, tertimbunnya kendaraan, dan hilangnya ternak.
Jembatan di Desa Puncak ambruk, dan akses jalan utama Sinjai-Gowa terputus.
Warga berharap pemerintah daerah dan BPBD segera mengerahkan bantuan dan alat berat untuk penanganan darurat.
Di tengah bencana ini, rencana eksplorasi tambang emas menimbulkan pertanyaan serius.
Apakah rencana ini akan memperparah kerentanan Sinjai terhadap bencana alam? Apakah kesejahteraan yang dijanjikan akan sebanding dengan risiko kerusakan lingkungan yang tak terukur?.
Peristiwa ini mendesak pemerintah untuk mengevaluasi rencana tersebut dan memprioritaskan keselamatan dan keberlanjutan lingkungan hidup masyarakat Sinjai.
Butta Panrita Kitta menangis, dan tangisannya harus didengar.
Ayat Al-Qur’an tentang Kerusakan Alam
Surat Al-Baqarah Ayat 30
Dalam surat Al-Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Arab-Latin: Wa iż qāla rabbuka lil-malāikati innī jā'ilun fil-arḍi khalīfah, qālū a taj'alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā
, wa naḥnu nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu lak, qāla innī a’lamu mā lā ta’lamụn
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Surat Ar-Rum Ayat 41
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Arab-Latin: ẓaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri bimā kasabat aidin-nāsi liyużīqahum ba’ḍallażī ‘amilụ la’allahum yarji’ụn
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).