Gereja Katedral Makassar Diresmikan: Tanda Kasih, Harapan, dan Pembaruan Iman di Timur Indonesia

SalamWaras Makassar, — Dalam suasana penuh khidmat dan sukacita, Gereja Katolik Hati Yesus yang Mahakudus Katedral Makassar resmi diberkati dan didedikasikan oleh Nuncio Apostolik Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo.

Prosesi sakral ini turut dihadiri oleh Uskup Agung Makassar, Mgr. Fransiskus Nipa; Ketua KWI sekaligus Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC; serta para uskup dari berbagai keuskupan di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Gereja Katedral Makassar bukan sekadar bangunan ibadah — ia adalah jantung kehidupan rohani bagi Keuskupan Agung Makassar (KAMS) yang membawahi 49 paroki, 7 kuasi-paroki, dan 548 stasi di tiga provinsi: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Di tengah umat Katolik yang tersebar luas di wilayah timur nusantara, Katedral ini menjadi simbol persatuan dan semangat pelayanan.

Dari Sejarah Panjang Menuju Dedikasi Baru

Sejarah Katedral Makassar berawal pada tahun 1898. Dua tahun kemudian, tepatnya pada Jumat pertama, 6 April 1900, Misa Kudus pertama dirayakan di gedung gereja ini.

Gereja kemudian diberkati pada 10 Juni 1914 oleh Pastor A. Wintjes, SJ, dan diberi nama pelindung Hati Yesus yang Mahakudus serta Santo Antonius dari Padua.

Bangunan ini mengalami berbagai ujian sejarah. Tahun 1943, saat Perang Dunia II, Kota Makassar dibombardir oleh tentara sekutu dan bagian belakang Gereja rusak berat.

Namun semangat umat tak pernah padam — pada April 1946, Gereja kembali dibuka dan melayani umat di bawah bimbingan Pastor P. van Schaik, CICM.

Renovasi besar kemudian dilakukan pada tahun 1939–1940, dan yang kedua dimulai tahun 2014. Meski sempat terkendala karena status cagar budaya, berkat kerja keras dan dukungan banyak pihak, akhirnya Gereja Katedral Makassar kini berdiri megah dan diberkati secara resmi pada 30 Oktober 2025.

Spirit “Ecclesia Semper Reformanda”

Dalam refleksinya, Uskup Agung Makassar, Mgr. Fransiskus Nipa, menegaskan bahwa dedikasi ini bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan baru Gereja lokal yang harus terus membaharui diri dan menjadi terang bagi sesama.

“Kita diajak untuk menjadi garam dan terang dunia, menghadirkan kasih Allah melalui pelayanan nyata,” ujarnya.

Semangat itu sejalan dengan visi KAMS sebagai Gereja lokal yang bersosok kawanan kecil tersebar, yang berpolakan pada Kristus dan berkomitmen pada pembaruan melalui delapan bidang pelayanan strategis: re-evangelisasi, keluarga, pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi, sosial-budaya, sosial-politik, dan tata kelola.

Gereja Katedral Makassar menjadi simbol panggilan itu — bukan hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi masyarakat Sulawesi Selatan yang dikenal dengan semangat pelautnya: tangguh, berani, dan pantang menyerah.

Monumen Pengampunan dan Pesan Damai

Usai Misa Dedikasi yang berlangsung sejak pukul 15.30 WITA, acara ramah tamah digelar di halaman Katedral. Selain penandatanganan prasasti peresmian, turut diberkati pula Monumen Pengampunan, untuk mengenang tragedi bom Gereja Katedral Makassar — sebuah peristiwa kelam yang kini diubah menjadi simbol rekonsiliasi dan kasih.

Dalam sambutannya, Menteri Agama RI Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, MA, menyampaikan apresiasi atas keteguhan umat Katolik Makassar dalam merawat toleransi dan persaudaraan lintas iman.

“Monumen ini bukan hanya tanda luka masa lalu, tetapi juga tanda penyembuhan, tanda Indonesia yang damai dan penuh cinta kasih,” katanya.

Hadir pula Gubernur Sulawesi Selatan, para pejabat daerah, tokoh lintas agama, dan 1.293 umat dari seluruh wilayah Keuskupan Agung Makassar.

Dari Timur, Cahaya Harapan Menyala

Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo, menegaskan bahwa Gereja Katedral Makassar kini menjadi “sumber rahmat dan berkat” bagi umat di kawasan timur Indonesia.

“Dedikasi ini adalah panggilan untuk terus membawa kasih Kristus kepada dunia — dengan harapan, pengampunan, dan pelayanan,” ungkapnya.

Sejarah panjang dan dedikasi baru ini menandai babak penting dalam perjalanan Gereja Katolik di Indonesia Timur. Di tengah gelombang perubahan zaman, Gereja Katedral Makassar akan terus menjadi mercusuar iman dan kasih — biduk yang membentang layar, pantang surut sebelum sampai pada pelabuhan kemuliaan Tuhan.

Tuhan memberkati, dan Salam Waras — Berpikir Sehat, Bicara Waras.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *